Mendengar kata Malaria yang langsung terbayang diingatanku ada Papua. Entah mengapa, mungkin karena banyaknya berita tentang bagaimana penyakit malaria mewabah di pulau yang berada di Indonesia bagian timur ini. Malaria merupakan salah satu penyakit yang mematikan bila tidak ditangani dengan baik. Sudah saatnya negara kita bebas malaria, yuk bantu pemerintah melalui Kemenkes untuk akhiri malaria.
Sebagian besar warga Indonesia memang telah bermukim di wilayah bebas malaria, namun masih banyak saudara-saudara kita yang masih tinggal di daerah beresiko tertular malaria. Data menunjukkan Indonesia mengalami kemajuan dalam memberantas malaria. Hal itu tak lepas dari upaya pemerintah yang bekerjasama dengan berbagai sektor, di antaranya dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang tengah gencar menjalankan program-program perecepatan eliminasi malaria.
Dalam rangka memperingati Hari Malaria Sedunia yang jatuh pada tanggal 25 April 2018, Kemenkes mengajak para Blogger Kesehatan untuk mengenal lebih jauh tentang malaria dengan mengetengahkan dr. Elizabeth Jane Soepardi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik sebagai narasumbernya.
Dr. Elizabeth Jane Soepardi mengatakan 72 persen penduduk Indonesia tinggal di daerah bebas malaria. Namun, masih terdapat 10,7 juta penduduk yang tinggal di daerah endemis menengah dan tinggi malaria.
“Tingkat penularan di kabupaten/kota di Indonesia sebagian besar sudah rendah bahkan bebas. Sementara kab/kota yang tinggi tingkat penularannya berada di kawasan timur Indonesia yaitu sebanyak 39 kab/kota,” jelas dr. Jane.
Gejala Malaria:
Demam, menggigil berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
Malaria terbagi dalam 5 jenis, yaitu:
1. Malaria Tropika
Infeksi ini disebabkan oleh Plasmodium falciparum dengan gejala deman yang terus menerus setiap hari. Jenis malaria ini bisa menjadi berat dan bisa menyebabkan kematian.
2. Malaria Tertiana
Disebabkan oleh Plasmodium vivax dengan gejala deman yang berulang setiap 3 hari.
3. Malaria Ovale
Disebabkan oleh Plasmodium ovale.
4. Malaria Kuartana
Infeksi yang di sebabkan parasit Plasmodium malariae dengan gejala deman yang berulang setiap 4 hari.
5. Malaria Knowlesi
Infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium knowlesi.
Tempat berkembang biaknya nyamuk malaria antara lain digenangan air, rawa, sawah, lagoon, tambak yang tidak digunakan lagi, lekukan tepi sungai, bekas galian tambang dan sejenisnya.
Bahaya dari malaria adalah,
1. Anemia, di mana terjadi kekurangan darah pada penderita malaria karena banyak sel- sel darah merah yang hancur dirusak oleh parasit plasmodium. Anemia kronis pada ibu hamil bisa menyebabkan kematian pada janin yang dikandungnya. Bisa juga berakibat bayi lahir dengan berat badan yang rendah. Pada anak malaria dapat mempengaruhi kecerdasan otaknya.
2. Manifestasi malaria berat bisa berupa demam tinggi, penurunan kesadaran, koma, pendarahan spontan, kegagalan multi organ dan kematian.
Situasi malaria di Indonesia pada 2017, dari jumlah 514 kabupaten/kota di Indonesia, 266 (52%) di antaranya wilayah bebas malaria. 172 kabupaten/kota (33%) endemis rendah, 37 kabupaten/kota (7%) endemis menengah, dan 39 kabupaten/kota (8%) endemis tinggi.
Sementara itu, target wilayah eliminasi malaria dari tahun ke tahun terus bertambah. Pada 2016 pemerintah berhasil mengeliminasi malaria di 247 kabupaten/kota, 2017 sebanyak 266 kabupaten/kota, dan tahun ini ditargetkan 285 kabupaten/kota.
Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria dalam satu tempat di satu wilayah geografis tertentu. Hal ini bukan berarti tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada vektor malaria di wilayah tersebut, sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali.
Tantangan Eliminasi Malaria:
• Koordinasi multi sektoral termasuk swasta belum optimal dalam upaya pengendalian yang lebih komprehensif dan terpadu.
• Diversitas antara daerah dengan daerah lainnya yang cukup lebar.
• Meningkatnya potensi faktor resiko, tingginya mobilitas penduduk, resistensi OAM, insektisida.
• Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di lapangan.
• Keterbatasan akses pelayanan kesehatan di daerah terpencil.
• Awareness masyarakat.
Wilayah endemis tinggi malaria berada di Papua, Papua Barat, dan NTT. Percepatan mencapai bebas malaria perlu dilakukan di Provinsi tersebut. Untuk menaklukkan tantangan dalam eliminasi malaria, perlu dilakukan strategi percepatan eliminasi malaria melalui pengintensifkan penyemprotan rumah secara selektif, meningkatkan perlindungan kelompok rentan malaria (ibu hamil dan balita) integrasi dengan program KIA, imunisasi dan MTBS, meningkatkan cakupan deteksi dini dan pengobatan yang tepat, serta meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan.
Salah satu pencegahan malaria ada menghindari gigitan nyamuk Anopheles pada malam hari. Saat ini pemerintah tengah mengupayakan pencegahan malaria melalui pekan kelambu massal dan pemantauan penggunaannya. Secara nasional, jumlah kelambu yang didistribusikan untuk seluruh Indonesia sejak tahun 2004 sampai 2017 sebanyak 27,6 juta kelambu.
Tahun 2017 telah disitribusikan, sejumlah 3.984.224 kelambu dalam pekan kelambu massal di 166 Kabupaten/Kota dan 20 Provinsi di Indonesia.
Upaya lainnya berupa pelatihan tenaga malaria (dokter, perawat, analis, kader, petugas surveilans, etomolog), dan penyediaan obat anti malaria dihydroartemisinin.
“Secara umum upaya yang efektif adalah tidur menggunakan kelambu, penyemprotan dinding rumah dan menggunakan repellent. Sementara yang lain adalah dengan manajemen lingkungan, termasuk menebarkan ikan pemakan jentik, seperti ikan mujair dan cupang,” ucap dr. Jane.
Dan untuk para traveler, dr. Jane menyarankan untuk menghindari gigitan nyamuk selama di daerah endemis dengan cara menggunakan kelambu saat tidur, tidak keluar malam, jika terpaksa harus keluar gunakan pakaian panjang dan pakai lotion anti nyamuk.
Mengakhiri malaria bukan hal sulit bila semua elemen masyarakat mau bekerjasama. Semoga dengan berbagai upaya pemerintah melalui Kemenkes bisa segera mengakhiri malaria di Indonesia.
Sebagian besar warga Indonesia memang telah bermukim di wilayah bebas malaria, namun masih banyak saudara-saudara kita yang masih tinggal di daerah beresiko tertular malaria. Data menunjukkan Indonesia mengalami kemajuan dalam memberantas malaria. Hal itu tak lepas dari upaya pemerintah yang bekerjasama dengan berbagai sektor, di antaranya dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang tengah gencar menjalankan program-program perecepatan eliminasi malaria.
Dr. Elizabeth Jane Soepardi mengatakan 72 persen penduduk Indonesia tinggal di daerah bebas malaria. Namun, masih terdapat 10,7 juta penduduk yang tinggal di daerah endemis menengah dan tinggi malaria.
“Tingkat penularan di kabupaten/kota di Indonesia sebagian besar sudah rendah bahkan bebas. Sementara kab/kota yang tinggi tingkat penularannya berada di kawasan timur Indonesia yaitu sebanyak 39 kab/kota,” jelas dr. Jane.
Lalu apakah Malaria?
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia yang ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria (Anopheles sp) betina. Nyamuk biasanya menggigit pada malam hari. Malari bisa menyerang semua orang dan semua golongan.Gejala Malaria:
Demam, menggigil berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
Malaria terbagi dalam 5 jenis, yaitu:
1. Malaria Tropika
Infeksi ini disebabkan oleh Plasmodium falciparum dengan gejala deman yang terus menerus setiap hari. Jenis malaria ini bisa menjadi berat dan bisa menyebabkan kematian.
2. Malaria Tertiana
Disebabkan oleh Plasmodium vivax dengan gejala deman yang berulang setiap 3 hari.
3. Malaria Ovale
Disebabkan oleh Plasmodium ovale.
4. Malaria Kuartana
Infeksi yang di sebabkan parasit Plasmodium malariae dengan gejala deman yang berulang setiap 4 hari.
5. Malaria Knowlesi
Infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium knowlesi.
Tempat berkembang biaknya nyamuk malaria antara lain digenangan air, rawa, sawah, lagoon, tambak yang tidak digunakan lagi, lekukan tepi sungai, bekas galian tambang dan sejenisnya.
Bahaya dari malaria adalah,
1. Anemia, di mana terjadi kekurangan darah pada penderita malaria karena banyak sel- sel darah merah yang hancur dirusak oleh parasit plasmodium. Anemia kronis pada ibu hamil bisa menyebabkan kematian pada janin yang dikandungnya. Bisa juga berakibat bayi lahir dengan berat badan yang rendah. Pada anak malaria dapat mempengaruhi kecerdasan otaknya.
2. Manifestasi malaria berat bisa berupa demam tinggi, penurunan kesadaran, koma, pendarahan spontan, kegagalan multi organ dan kematian.
Situasi malaria di Indonesia pada 2017, dari jumlah 514 kabupaten/kota di Indonesia, 266 (52%) di antaranya wilayah bebas malaria. 172 kabupaten/kota (33%) endemis rendah, 37 kabupaten/kota (7%) endemis menengah, dan 39 kabupaten/kota (8%) endemis tinggi.
Sementara itu, target wilayah eliminasi malaria dari tahun ke tahun terus bertambah. Pada 2016 pemerintah berhasil mengeliminasi malaria di 247 kabupaten/kota, 2017 sebanyak 266 kabupaten/kota, dan tahun ini ditargetkan 285 kabupaten/kota.
Apa itu Eliminasi Malaria?
Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria dalam satu tempat di satu wilayah geografis tertentu. Hal ini bukan berarti tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada vektor malaria di wilayah tersebut, sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali.Tantangan Eliminasi Malaria:
• Koordinasi multi sektoral termasuk swasta belum optimal dalam upaya pengendalian yang lebih komprehensif dan terpadu.
• Diversitas antara daerah dengan daerah lainnya yang cukup lebar.
• Meningkatnya potensi faktor resiko, tingginya mobilitas penduduk, resistensi OAM, insektisida.
• Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di lapangan.
• Keterbatasan akses pelayanan kesehatan di daerah terpencil.
• Awareness masyarakat.
Wilayah endemis tinggi malaria berada di Papua, Papua Barat, dan NTT. Percepatan mencapai bebas malaria perlu dilakukan di Provinsi tersebut. Untuk menaklukkan tantangan dalam eliminasi malaria, perlu dilakukan strategi percepatan eliminasi malaria melalui pengintensifkan penyemprotan rumah secara selektif, meningkatkan perlindungan kelompok rentan malaria (ibu hamil dan balita) integrasi dengan program KIA, imunisasi dan MTBS, meningkatkan cakupan deteksi dini dan pengobatan yang tepat, serta meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan.
Salah satu pencegahan malaria ada menghindari gigitan nyamuk Anopheles pada malam hari. Saat ini pemerintah tengah mengupayakan pencegahan malaria melalui pekan kelambu massal dan pemantauan penggunaannya. Secara nasional, jumlah kelambu yang didistribusikan untuk seluruh Indonesia sejak tahun 2004 sampai 2017 sebanyak 27,6 juta kelambu.
Tahun 2017 telah disitribusikan, sejumlah 3.984.224 kelambu dalam pekan kelambu massal di 166 Kabupaten/Kota dan 20 Provinsi di Indonesia.
Upaya lainnya berupa pelatihan tenaga malaria (dokter, perawat, analis, kader, petugas surveilans, etomolog), dan penyediaan obat anti malaria dihydroartemisinin.
“Secara umum upaya yang efektif adalah tidur menggunakan kelambu, penyemprotan dinding rumah dan menggunakan repellent. Sementara yang lain adalah dengan manajemen lingkungan, termasuk menebarkan ikan pemakan jentik, seperti ikan mujair dan cupang,” ucap dr. Jane.
Dan untuk para traveler, dr. Jane menyarankan untuk menghindari gigitan nyamuk selama di daerah endemis dengan cara menggunakan kelambu saat tidur, tidak keluar malam, jika terpaksa harus keluar gunakan pakaian panjang dan pakai lotion anti nyamuk.
Mengakhiri malaria bukan hal sulit bila semua elemen masyarakat mau bekerjasama. Semoga dengan berbagai upaya pemerintah melalui Kemenkes bisa segera mengakhiri malaria di Indonesia.
Komentar
Posting Komentar